Sabtu, 13 April 2024

APA BENAR HIDUP KITA PALING MENDERITA?


Idul Fitri 2010 adalah lebaran paling aku ingat, itu adalah lebaran pertama di hidupku dimana aku berlebaran tanpa seorang ayah. Sepanjang khotbah dan shalat iéd aku benar-benar menangis dan gak pernah bisa berhenti. Seorang teman memeluku dari belakang, kami berbagi pelukan dan saling menguatkan.

"Sabar donk!" bisiknya menyebut nama panggilanku, perkataan selanjutnya benar-benar menamparku,

"kamu beruntung pernah punya ayah, aku mah nggak pernah!" sambungnya.

Mendengar perkataanya membuatku semakin menangis, aku sangat sedih sekaligus malu pada diriku sendiri karena menganggap pada hari itu akulah orang yang paling menderita di dunia. 

"HARI ITU AKU SADAR, AKU BUKANLAH YANG PALING MENDERITA DI DUNIA"

Teman-teman taukah kamu kalau banyak orang diluar disana, yang mempunyai perasaan yang sama dengan aku yang versi pada saat itu. Istilah Psikologi menyebutnya "Delusi"atau "Mis-Konsepsi Diri".

Mari mengenal lebih dalam tentang Perasaan seperti ini!

Hidup ini memang penuh dengan masalah dan kita tidak bisa mengelak akan fakta itu. Saya punya masalah, Kamu punya masalah, Dia punya masalah dan mereka juga punya masalah. Penting untuk menyadari hal ini agar kamu tidak "lebay" dan terjebak dalam labirin masalahmu sendiri. 

Mohon maaf tanpa mengurangi rasa hormat, istilah lebay saya pinjam dari Ustdz Dr. Fakhrudin Faiz seorang dosen ilmu Filsafat. Dalam ilmu Psikologi dikenal sebagai "Delusi" atau "Miskonsepsi Diri". lebih lanjut Dr. Fakhrudin Faiz mengatakan "Penderita Delusi merasa tertipu dan salah memahami dirinya karena merasa hidupnya sepenuhnya berisi kesusahan padahal masih banyak hal yang bisa di syukuri dalam hidupnya". 


Secara umum dalam dunia Psikologi Delusi didefinisikan sebagai kesehatan mental yang kesulitan membedakan khayalan dan kenyataan. Delusi memang memiliki banyak jenisnya, tapi saya akan mencoba memilih beberapa jenis saja agar saya berhati-hati dalam menulis artikel ini, maklum saya bukan Psikolog dan bukan juga seorang Filsuf, saya hanya seorang yang belajar, mengamati dan mencoba melihat hal-hal yang terjadi pada diri saya serta hal-hal yang terjadi di sekitar saya, agar memahaminya dengan utuh.

Maaf kebanyakan curhat hehe
kita langsung saja menuju ke pembahasan Jenis-jenis Delusi

 

 1. Delusi Erotomania

“Erotomania adalah kondisi psikologis saat merasa orang lain jatuh cinta pada dirinya. Gangguan ini dapat menimbulkan beberapa gejala, salah satunya memiliki obsesi berlebih pada seseorang yang mereka sukai.” 

Nah yoo! Bagaimana dengan Delusi yang satu ini? Pernah? Sering? 

Atau jangan-jangan kamu sedang mengalami Delusi jenis ini? hehehe

Tenang, jangan khawatir kamu bukan satu-satunya orang yang mengalami Delusi jenis ini! (Makanya jangan sok kecakepan wkwkwkw)

Saat ini kamu sedang berinteraksi dengan intens bersama seseorang, kamu mungkin merasa jika lawan bicaram, menyukai atau bahkan mencintai dirimu? Padahal faktanya, belum tentu hal ini benar-benar terjadi, bisa saja orang yang kamu tuju tersebut hanya merasa narsis, dan cuma butuh seseorang untuk mengisi waktu luangnya. Makanya gak usah kepedean dan rajinlah merefleksikan diri (bercermin).😅 

Seseorang dengan erotomania bahkan sangat yakin jika sudah menjalin hubungan cinta melalui anggapan tersebut. Di sisi lain, pengidapnya mungkin kesulitan menerima fakta jika semua yang dipikirkan tidak sesuai dengan kenyataan. Gejala paling utama dari gangguan psikologis ini adalah keyakinan jika seseorang benar-benar mencintainya. Seringkali belum ada bukti yang konkret terkait hal tersebut. 

Pernah suatu waktu aku membaca buku diary dari seseorang yang mengidap Delusi Erotomania pada tingkat yang Ekstrim. Dalam bukunya dia benar-benar merasa orang yang ditujunya sudah mencintainya. Dari lembar satu ke lembar lainya benar-benar menceritakan interaksi yang nyata, padahal hanya dalam pikirannya saja. Bayangkan di lembar satu dia menceritakan dia mengajak perempuan idamannya menikah dan dilembar selanjutnya dia bercerita kalau perempuan tersebut telah setuju dengan ajakan pernikahannya. Benar-benar mengerikan saat itu, dan saya bersumpah untuk kisah ini.
Gak ada habisnya bukan berbicara tentang Delusi, apalagi jika saya dan sobat pembaca dapat berinteraksi langsung sekarang, mungkin saja kamu sedang mengalamai Delusi ini.
Benarkan? Hayooh ngaku ajalah, kita kan sama-sama dewasa wkwkwkwk

Apapun itu saran saya rajin-rajinlah merefleksikan interaksi anda dengannya, pendek katanya ya RAJINLAH BERCERMIN! 😆😆😆

 

2. Delusi Hypocronis dan Delusi Nihilistik

Delusi Hypocronis secara sederhana dapat dianalogikan sebagai saya versi Lebaran pada tahun 2010.

Ya penderita Delusi sepeti ini akan merasa bahwa dia adalah orang yang paling menderita di dunia ini dan tidak ada hal baik yang diberikan tuhan pada dirinya.

"Aku adalah butiran bubuk rengginang yang rapuh dan terhempas angin sepoi-sepoi"

Mungkin kalimat itulah yang menggambarkan para penderita Delusi semacam ini wkwkwkwk

Sekali lagi dengan tanpa megurangi rasa hormat

 KAMU BUKANLAH ORANG PALING MENDERITA DI DUNIA, 

Dan ada banyak orang yang menderita lebih berat daripada kamu dan diuji dengan permasalahan yang lebih kompleks daripada kamu. 

Saya yang kehilangan ayah pada saat itu, tidak sedikitpun pantas mengeluh kepada seseorang yang tidak pernah bertemu dengan ayahnya. 

Kamu yang lebaran kemaren ini tidak mampu membeli sepatu baru, harusnya sangat malu menceritakan penderitaanmu kepada seseorang yang (mohon maaf) kakinya cacat seumur hidup bukan?

Banyak sekali analogi yang bisa saya tuliskan disini, akan tetapi untuk apa?

"HIDUP INI BUKAN PERLOMBAAN SIAPA YANG PALING MENDERITA"

Filsuf Stoikisme Yunani kuno, Epictetus yang bahkan adalah seorang budak, pernah berkata "Bukan hal atau peristiwa yang meresahkan kita, akan tetapi Persepsi kita akan peristiwa tersebutlah yang membuat kita resah". Filsuf Stoik lainya Marcus Aurelius yang juga adalah Kaisar terhebat dimasanya pernah menyampaikan "Menjadi Bahagia adalah tentang bagaimana cara bepikir dan sudut pandangmu". 

Baiklah jika ilmu Filafat adalah omong kosong buat kamu, izinkan saya mengutip Firman Allah Swt dalam QS Al Insyirah ayat 5.

۝٥fa inna ma'al-'usri yusrâ 

Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Demikianlah nikmat-nikmat-Ku kepadamu. Maka tetaplah optimis dan berharap pada pertolongan Tuhanmu karena sesungguhnya beserta kesulitan apa pun pasti ada kemudahan yang menyertainya.

Jika sudah tidak percaya degan ayat tuhan, bagaimana lagi saya meyakinkan kamu untuk tetap bertahan dan kamu akan mampu melewatinya, bahkan tanpa harus kamu melakukan sesuatupun. 

Yaaa bahkan tanpa melakukan sesuatu pun, kamu bisa melewati masalahmu! 

Saya memiliki beberapa teman yang hebat dan mampu meghadapi kegagalan dalam rumah tangganya dengan berbagai alasan (KDRT, Selingkug, Ekonomi dsb)

Saat saya tanyakan kepada mereka bagaimana cara mereka keluar dari jurang hitam keterpurukan?

mereka hanya menjawab "Seiring Berjalannya Waktu" tidak ada jawaban spesfik lain dari mereka, Allah benar-benar menyelesaikan semua untuk kita dan kita hanya diharuskan memintanya.

Saran lain yang mereka berikan adalah "lihat sekitarmu, perhatikan teman-temanmu dan kamu akan menemukan seseorang dengan masalah lebih berat daripada kamu!". 

Delusi Hypocronis yang Extreme akan mengarah pada Delusi Nihilistik, saya tidak ingin membahas Delusi jenis ini karena :

SIAPAPUN KAMU, KAMU HEBAT SUDAH DI TITIK INI, 

KAMU BERHARGA BAGI SESEORANG YANG TEPAT UNTUKMU,

KAMU AKAN MAMPU MELEWATI INI, dan yang lebih penting 

AKU ADA DISINI DAN MENCINTAIMU

peluk dari kejauhan, kita adalah manusia yang terpilih untuk hidup pada masa yang suit ini, dan kita akan mampu lepas dari kesulitan ini.

 

Salam Bahagia, saya akan berterima kasih jika siapapun kamu yang membaca artikel ini jika bersedia meninggalkan sesuatu di kolom komentar😊

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMULAI PERCAYA DIRI

 Sebetulnya ini tulisan lanjutan dari artikel sebelumnya, jika kamu merasa perlu untuk membaca ini, kamu bisa mulai dari artikel sebelumnya....